Selasa, 08 Juni 2010

Piala Dunia Terancam Rusuh dan Kacau



Penyelenggaraan Piala Dunia 2010 terancam rusuh dan kacau. Masyarakat yang kecewa terhadap pemerintah dikhawatirkan akan melakukan kekacauan untuk melampiaskan kekesalan mereka. Sementara itu, polisi juga diisukan akan melakukan pemogokan.

Isu sudah santer beredar. Para pekerja pembangunan Stadion Loftus di Pretoria, akan melakukan blokade karena sebagian hak mereka belum dibayar. Bahkan, kontraktor stadion tersebut kabarnya juga belum dibayar penuh.

Sementara itu, pemerintah masih menolak tuntutan agar polisi diberi uang overtime, semacam lembur. Ini membuat polisi ogah-ogahan menjaga keamanan selama Piala Dunia. Bahkan, mereka sudah mengancam akan mogok bekerja jika tak mendapat bayaran lembur.

Masalah gaji memang menjadi isu sensitif di Afsel. Bahkan, beberapa hari lalu, persatuan pekerja pengangkut sampah melakukan aksi. Mereka membuang sampah di tengah kota untuk menuntut kenaikan gaji.

Beberapa polisi yang ditemui Kompas.com di Stadion Soccer City mengaku berharap tak akan ada masalah serius selama Piala Dunia. Pasalnya, kerusuhan berarti kerja buat mereka. Mereka tampak hanya duduk-duduk dan santai, tak terlalu aktif menjaga keamanan.

"Ya, saya harap tak ada masalah berarti dan lancar-lancar saja sehingga kami tak harus sibuk-sibuk bekerja," kata salah seorang polisi.

Jika keamanan polisi mengendor, maka hal itu dikhawatirkan justru akan membuka kesempatan buat geng kriminal untuk beraksi memanfaatkan Piala Dunia. Ini yang terus dikhawatirkan oleh masyarakat. Namun, hal ini juga dimanfaatkan sebagai posisi tawar para pekerja dan polisi untuk menuntut pembayaran lebih.

Stadion Soccer City dan Stadion Green Point pun sangat dekat dengan kawasan kumuh dan kriminal. Ketika berada di Soccer City, Senin (7/6/2010), Kompas.com langsung merasakan aroma mencurigakan dari sekumpulan orang setempat yang dengan mata selalu tajam mengamati segala sesuatu.

"Oh, ini tempat paling berbahaya di Afrika Selatan. Saya baru sekali ini ke sini karena mengantar Anda. Sejak lahir, saya tak pernah dan tak boleh ke sini. Sumpah, saya takut berada di sini," kata Philip, sopir asal Pretoria yang mengantar saya ke stadion itu.

Seorang warga Afsel juga mengaku mengkhawatirkan keamanan selama Piala Dunia. Menurutnya, Stadion Green Point salah tempat. Lokasinya amat dekat dengan kawasan kumuh yang menjadi kandang kriminalitas.

Seorang staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pretoria juga mengingatkan akan kemungkinan kekacauan selama Piala Dunia. Masalah sosial di Afsel sudah sangat kompleks, selain masalah pembayaran yang belum usai.

"Ya, pokoknya hati-hati saja ya, Mas. Jangan pernah sendiri atau hindari sekelompok orang yang mencurigakan. Kriminal di sini nekat-nekat," kata Didi, staf tadi.

Tak hanya itu, petugas listrik juga sudah melemparkan ancaman dan sudah ditulis oleh beberapa media massa di Afsel. Mereka akan mematikan lampu saat pertandingan berlangsung jika tak mendapat bayaran lebih.


Sumber ; Kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar