Minggu, 06 Juni 2010

Perhiasan Tak Sekadar Aksesori




Semua berawal dari kesukaannya merancang perhiasan untuk keperluan sendiri. Poppy Puspitasari Hayono Isman kemudian menjadi perancang profesional. Ia merancang kalung, cincin, anting, liontin, dan bros.

Poppy mulai merancang pada 1994, setelah diyakinkan oleh suaminya, Hayono Isman, mantan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, serta para sahabat. Pertama ia membuat sebuah bros berbentuk daun dari emas, zamrud, dan mutiara. Karya itu kemudian terjual.

Poppy menyukai perhiasan--tapi hanya imitasi--sejak remaja. Ia mulai memakai perhiasan dari bahan asli menginjak usia 35 tahun. Apalagi kemudian ia kerap mendampingi suami dalam acara-acara formal.

Untuk perhiasan rancangannya, ia menggunakan berbagai macam jenis bahan, seperti emas, berlian, mutiara, zamrud, topas, dan quartz. Bahan-bahan itu sebagian besar dari luar negeri. Menurut dia, bahan-bahan lokal kualitasnya masih kurang bagus. Misalnya, potongan masih kasar. Namun, ia menimpali, ada juga yang berkualitas, seperti bahan-bahan mutiara.

Tapi semua rancangannya dikerjakan oleh perajin lokal, dan Poppy sangat mengapresiasi pekerjaan mereka. Menurut dia, perhiasan buatan perajin lokal tak kalah halus dari perajin luar negeri, meskipun hasil kerajinan tangan tidak bisa sehalus buatan mesin.

Poppy sangat serius dalam mengontrol kualitas. Untuk menghasilkan karya sempurna, ia tak segan-segan terus bolak-balik ke perajin sampai menghasilkan perhiasan sesuai dengan bentuk yang ia inginkan.

Perhiasan yang rancang ditujukan kepada para perempuan berusia di atas 30 tahun dari kalangan atas. Harganya bervariasi, dari Rp 18 juta hingga Rp 200 juta. Umumnya dirancang dalam bentuk besar-besar, meski ada beberapa yang berbentuk kecil. Demi menjaga eksklusivitas, ia hanya membuat satu untuk setiap koleksi.

Selain itu, ia tidak suka mengubah bentuk asli sebuah bahan perhiasan. Baroque atau mutiara yang berbentuk tak beraturan tidak ia haluskan atau dibentuk lagi. Baroque berasal dari laut dangkal yang arusnya cukup kuat, sehingga bentuknya menjadi tidak rata. Beda dengan mutiara selatan, yang bentuknya lebih bulat karena terdapat di laut dalam.

Berbagai bahan logam maupun bebatuan ia kombinasikan menjadi satu perhiasan dengan bentuk utuh dari masing-masing bahan. Selain itu, setiap koleksinya dijamin asli, tidak ada campuran bahan imitasi. "Umumnya perempuan menyukai perhiasan tak sekadar sebagai aksesori, tapi juga investasi," kata dia. Untuk itu, setiap koleksinya sudah melalui uji laboratorium agar menjamin keasliannya.

Salah seorang pengunjung pameran perhiasan karya Poppy di Jakarta pada akhir April lalu, Naena Bahmid, mengaku menyukai koleksi Poppy. "Saya beli satu tapi yang kecil saja, karena kurang percaya diri dengan bentuk besar," ujar Naena.

Poppy mengatakan setiap perempuan memang punya selera masing-masing sesuai dengan karakter, warna kulit, serta bentuk tubuhnya. "Yang penting percaya diri saat memakai perhiasan."

0 komentar:

Posting Komentar